Seorang mahasiswa mengakui kalau dirinya dijebak PKS. Berikut penuturan mahasiswa yang bernama Apriza Hongko Putra, Mahasiswa Master jurusan Biologi di Universitas Andalas yang dimuat di kompasiana.com
---------------------------------
Pemberitaan
tentang PKS (Partai Keadilan Sejahtera) yang kian membanjiri media
massa maupun dunia maya membuat saya tertarik untuk membuat tulisan
tentang partai bernama PKS ini. Sebuah partai yang menjadi sorotan dan
bahan pembicaraan banyak politisi, pengkritisi maupun organisasi. Sebuah
partai berlabel Islam yang dikemas dengan kesan modern, tidak
ketinggalan jaman dan dikenal memiliki ribuan kader tangguh, kreatif dan
intelek.
Suatu
hari aku yang pada waktu itu masih haus akan belajar tentang Islam,
maklum karena baru aja tobat dari dunia jahiliah, diajak oleh seorang
teman untuk mengikuti pengajian yang diisi oleh Ustadz Alam, S.Pd,
seorang guru di salah satu SMP IT di Bengkulu. Sang ustadz
tidak terlihat seperti ustadz-ustadz lain yang sering kutemui sewaktu
mengikuti kajian-kajian Islam, tidak memakai sarung, dan kopiah, hanya
membawa laptop, buku catatan kecil dan sebuah mushaf Al Qur’an. Sedikit
berbeda dari kebanyakan ustadz yang akan mengisi pengajian dengan atribut
khususnya. Pengajian yang diadakan juga hanya diikuti oleh 7 orang
saja. Kontan aku waktu itu mengira jangan-jangan ini aliran sesat yang
sering dibilang orang kampung itu. Tapi aku berpikir positif saja,
diselidiki dulu baru nanti disimpulkan apa sesat atau tidak.
Hari
demi hari berganti, pengajian mingguan yang kami ikuti sudah lebih dari
satu bulan. Tidak ada hal-hal yang mencurigakan yang kami alami, tidak
ada penyimpangan yang terlihat, dan tidak ada amalan-amalan khusus
yang wajib kami jalani sewaktu ikut pengajian dengan ustadz Alam. Materi
yang diberikan beliau seputar ilmu fikih, dunia Islam, bahasa Arab dan
sebagainya, membuat aku menjadi heran, dari mana ustadz ini belajar,
padahal dia jurusan matematika lulusan Universitas Bengkulu. Kok bisa
tahu banyak tentang agama, jadi ustadz lagi. Akhirnya selidik demi
selidik kami mengetahui bahwa ustadz kami juga ikut pengajian seperti
kami juga, dan banyak ikut pelatihan bahasa Arab, fikih dan sebagainya.
Beliau salah satu kader PKS kota Bengkulu, beliau aktif di PKS sudah 8
tahun lebih. Pribadi beliau yang sederhana, ramah, dan perhatian pada
kami telah menghipnotis kami dan menjadikan kami cinta pada beliau.
Sesekali kami minta beliau mengisi materi tentang politik, karena saat
itu negeri ini sedang kacau dengan urusan politik dan skandal korupsi.
Kami banyak mendapat pencerahan dari beliau dan banyak diceritakan
kisah-kisah bagaimana perjalanan para kader PKS yang ada di DPR, MPR,
maupun lembaga pemerintahan lain untuk memperjuangkan kebenaran.
Kami
tidak pernah diajarkan untuk menjadi seorang pemberontak, penentang
pemerintah, merasa benar sendiri ataupun memusuhi orang yang tidak
sependapat dengan kami. Akan tetapi, kami diajarkan untuk menjadi orang
yang taat beribadah, berani menyampaikan kebenaran, penyabar, bersikap
santun, berguna bagi masyarakat, dapat melakukan perubahan moral
masyarakat, memberikan pelayanan dan menjadi agent of change
untuk Indonesia yang lebih maju. Itu yang selalu ditanamkan dalam diri
kami. untuk itu kami dibekali dengan pemahaman islam yang benar,
universal tidak parsial, damai tidak radikal, dan terbuka tidak
eksklusif. Pengajian yang terkesanlebih modern sesuai dengan kemajuan
zaman ini sangat menghipnotis kami sebagai para pemuda yang memiliki
nasionalisme yang tinggi terhadap bangsa ini.
Sudah
4 tahun lebih kami masih aktif mengikuti pengajian yang dilakukan oleh
kader-kader PKS. Ketika orang bertanya apakah kami orang PKS, kami malu
untuk menjawab dan mengaku kader PKS, karena kami takut nanti
memperburuk citra PKS, kami kenal kader-kader PKS selalu menjaga
sholatnya, aktif di masjid, suka menghapal Al Qur’an, selalu menjaga
sholat sunnah dan sholat tahajudnya, sedangkan kami…masih sangat jauh
dari itu. Kami takut dengan kami mengaku sebagai kader PKS, ketika kami
salah mereka menghakimi PKS, bukan kesalahan kami atau kami sendiri.
Untuk itu kami hanya mengaku sebagai simpatisan PKS.
Kami
sudah dijebak oleh kader-kader PKS ke dalam telaga ilmu yang
menghilangkan dahaga ilmu kami dan telaga kebaikan yang menjadikan kami
semakin giat berlomba untuk berbakti kepada masyarakat dan terjebak
dengan kegiatan-kegiatannya yang membuat kami semakin termotivasi untuk
berprestasi, bekerja giat dan membanggakan bagi Indonesia
ini. Andai saja kami tidak dijebak oleh kader-kader PKS yang ikhlas
ini, mungkin kami tidak akan merasakan kenikmatan
berbakti pada masyarakat, bangsa dan agama seperti sekarang ini. Mudah-mudahan lebih banyak lagi orang yang bisa dijebak oleh kader-kader PKS
di jalan kebaikan ini. Salam cinta untuk PKS…!!
Copas dari Kompasiana.com
Tulisan Apriza Hongko Putra
Mahasiswa Master jurusan Biologi di Universitas Andalas
Mahasiswa Master jurusan Biologi di Universitas Andalas
allohuakbar
BalasHapus