Sekuler liberal dimanapun juga memang biadab, ketika mereka berkuasa, mereka akan berusaha mengopinikan bahwa gerakan Islam adalah kumpulan barbar yang harus dicegah membesar. Mereka tebarkan isu dan fitnah untuk menghancurkan Islam dari dalam. Mereka sebut gerakan Islam radikal, fundamental, keras atau teroris. Mereka hembuskan berita jika kalangan Islam akan melakukan kudeta, mereka berlindung dengan mengatas-namakan pro rakyat, nasionalisme dan NKRI. Padahal merekalah yang menjual bangsa ini ke pihak asing.
Dan ketika mereka tidak berkuasa, justru merekalah yang melakukan kudeta dengan sangat keji. Ini sudah terjadi di Aljazair ketika partai Islam FIS menang pemilu dan berkuasa. Begitu juga yang terjadi di Mesir.
Mereka bersatu dengan musuh-musuh Islam yang lain untuk memberangus Islam, atau kalau perlu dengan membantai umat Islam dengan cara terkeji sekalipun.
Dalam akun facebooknya, Hudzaifah Abul Futuh menceritakan bagaimana kejamnya fasisme dalam pemakaman Asmaa, puteri Muhamad Beltaji, sekjen FJP. “Setelah keluar surat ijin pemakaman, jenazah Syahidah Asmaa Beltaji dibawa pulang oleh saudara-saudaranya dengan mobil ambulan ke rumah mereka yang berada di Nasr City, Kairo. Kenapa dibawa pulang? Karena banyak tetangga yang curiga bahwa kematian Asmaa hanyalah isu yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik Ikhwan.
Begitu sampai di rumah, mereka pun benar-benar meminta supir ambulan untuk memarkir mobil di tengah jalan. Akhirnya Ammar, saudara Asmaa, membuka pintu mobil supaya orang-orang itu yakin bahwa yang berada di dalam mobil itu adalah benar- benar jenazah Asmaa. Ammar mempersilahkan, “Ayo, siapa yang mau lihat … Siapa yang masih ragu kalau jenazah ini benar-benar Asmaa. Asmaa benar-benar sudah meninggal.”
Orang-orang itu pun masuk ke mobil secara bergantian. Setiap orang yang keluar dari mobil, selalu terlihat kecewa karena selama ini termakan media bahwa Ikhwan menyebarkan isu kematian putera-puteri pimpinan mereka untuk kepentingan- kepentingan politik. Begitulah fasisme telah menyebar di Mesir. Di saat keluarga dan kerabat Asmaa berkabung, bukan ucapan nasihat dan kesabaran yang mereka terima. Mereka malah dituduh telah menyebarkan isu dan mempolitisirnya. (msa/dkw)
Dan dibawah ini adalah surat yang membuat seorang Erdogan menangis, Karena Erdogan adalah manusia yang juga seorang ayah.
Putriku tercinta dan guru yang tak ternilai Asmaa al-Beltaji, saya tidak mengucapkan selamat tinggal kepadamu, saya katakan besok kita akan bertemu lagi.
Engkau telah hidup dengan kepala terangkat ke atas, melakukan perlawanan terhadap tirani dan belenggu dan mencintai kebebasan. Dengan diam engkau telah hidup sebagai seorang pencari cakrawala baru untuk membangun kembali bangsa ini sehingga mereka mempunyai tempat yang layak di antara peradaban.
Engkau tidak pernah menyibukkan diri dengan apa yang orang-orang seusiamu sibuk melakukannya. Meskipun pendidikan tradisional gagal memenuhi aspirasi dan ketertarikanmu, engkau selalu menjadi yang terbaik di dalam kelas.
Saya tidak memiliki cukup waktu yang berharga dalam hidup yang singkat ini, terutama waktu-waktu yang dihabiskan bersamamu. Terakhir kali kita duduk bersama di kamp Rabaa al-Adawiyah, engkau mengatakan kepadaku: “Bahkan ketika ayah bersama kami, ayah sibuk” dan saya katakan : “tampaknya kehidupan ini tidak cukup untuk kita nikmati bersama, jadi saya meminta kepada Alloh agar kita bisa menikmatinya di surga”.
Dua malam sebelum engkau dibunuh, saya melihatmu dalam mimpi mengenakan gaun pengantin putih dan engkau terlihat begitu anggun. Ketika engkau duduk di sampingku, aku bertanya: “Apakah ini malam pernikahanmu?” Engkau menjawab: “Tidak bukan malam ini, tapi sore.”
Ketika mereka bilang engkau dibunuh pada Rabu sore, aku mengerti apa yang engkau maksud dan aku tahu Alloh telah menerima jiwamu sebagai syuhada. Engkau telah memperkuat keyakinanku bahwa kita berada di atas kebenaran dan musuh kita dalam kepalsuan.
Yang membuatku sakit adalah aku tidak bersamamu di saat terakhirmu dan aku tidak bisa melihat dan mencium dahimu untuk terakhir kalinya dan mendapat kehormatan melakukan sholat jenazah untukmu. Bukan, bukan karena aku takut untuk hidup di penjara atau terbunuh, tetapi engkau harus tahu bahwa aku tidak di sana untuk menyelesaikan revolusi ini, untuk menang dan mencapai tujuannya.
Jiwamu telah diangkat dengan kepala terangkat tinggi melawan tiran. Peluru telah memukul dadamu. Ada tekad dan jiwa yang besar dalam dirimu. Aku percaya bahwa engkau setia pada janji Alloh dan Dia pun setia kepada janji-Nya untukmu. Itulah mengapa bukan kami yang diberikan syahid ini, melainkan engkau.
Putriku dan guruku tercinta ... ... ...
Saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepadamu. Kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan para sahabatnya di tepi kolam Surga Kautsar dan itu adalah pertemuan dimana kita bisa memliki satu sama lain.
Dan ketika mereka tidak berkuasa, justru merekalah yang melakukan kudeta dengan sangat keji. Ini sudah terjadi di Aljazair ketika partai Islam FIS menang pemilu dan berkuasa. Begitu juga yang terjadi di Mesir.
Mereka bersatu dengan musuh-musuh Islam yang lain untuk memberangus Islam, atau kalau perlu dengan membantai umat Islam dengan cara terkeji sekalipun.
Dalam akun facebooknya, Hudzaifah Abul Futuh menceritakan bagaimana kejamnya fasisme dalam pemakaman Asmaa, puteri Muhamad Beltaji, sekjen FJP. “Setelah keluar surat ijin pemakaman, jenazah Syahidah Asmaa Beltaji dibawa pulang oleh saudara-saudaranya dengan mobil ambulan ke rumah mereka yang berada di Nasr City, Kairo. Kenapa dibawa pulang? Karena banyak tetangga yang curiga bahwa kematian Asmaa hanyalah isu yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik Ikhwan.
Begitu sampai di rumah, mereka pun benar-benar meminta supir ambulan untuk memarkir mobil di tengah jalan. Akhirnya Ammar, saudara Asmaa, membuka pintu mobil supaya orang-orang itu yakin bahwa yang berada di dalam mobil itu adalah benar- benar jenazah Asmaa. Ammar mempersilahkan, “Ayo, siapa yang mau lihat … Siapa yang masih ragu kalau jenazah ini benar-benar Asmaa. Asmaa benar-benar sudah meninggal.”
Orang-orang itu pun masuk ke mobil secara bergantian. Setiap orang yang keluar dari mobil, selalu terlihat kecewa karena selama ini termakan media bahwa Ikhwan menyebarkan isu kematian putera-puteri pimpinan mereka untuk kepentingan- kepentingan politik. Begitulah fasisme telah menyebar di Mesir. Di saat keluarga dan kerabat Asmaa berkabung, bukan ucapan nasihat dan kesabaran yang mereka terima. Mereka malah dituduh telah menyebarkan isu dan mempolitisirnya. (msa/dkw)
Dan dibawah ini adalah surat yang membuat seorang Erdogan menangis, Karena Erdogan adalah manusia yang juga seorang ayah.
Putriku tercinta dan guru yang tak ternilai Asmaa al-Beltaji, saya tidak mengucapkan selamat tinggal kepadamu, saya katakan besok kita akan bertemu lagi.
Engkau telah hidup dengan kepala terangkat ke atas, melakukan perlawanan terhadap tirani dan belenggu dan mencintai kebebasan. Dengan diam engkau telah hidup sebagai seorang pencari cakrawala baru untuk membangun kembali bangsa ini sehingga mereka mempunyai tempat yang layak di antara peradaban.
Engkau tidak pernah menyibukkan diri dengan apa yang orang-orang seusiamu sibuk melakukannya. Meskipun pendidikan tradisional gagal memenuhi aspirasi dan ketertarikanmu, engkau selalu menjadi yang terbaik di dalam kelas.
Saya tidak memiliki cukup waktu yang berharga dalam hidup yang singkat ini, terutama waktu-waktu yang dihabiskan bersamamu. Terakhir kali kita duduk bersama di kamp Rabaa al-Adawiyah, engkau mengatakan kepadaku: “Bahkan ketika ayah bersama kami, ayah sibuk” dan saya katakan : “tampaknya kehidupan ini tidak cukup untuk kita nikmati bersama, jadi saya meminta kepada Alloh agar kita bisa menikmatinya di surga”.
Dua malam sebelum engkau dibunuh, saya melihatmu dalam mimpi mengenakan gaun pengantin putih dan engkau terlihat begitu anggun. Ketika engkau duduk di sampingku, aku bertanya: “Apakah ini malam pernikahanmu?” Engkau menjawab: “Tidak bukan malam ini, tapi sore.”
Ketika mereka bilang engkau dibunuh pada Rabu sore, aku mengerti apa yang engkau maksud dan aku tahu Alloh telah menerima jiwamu sebagai syuhada. Engkau telah memperkuat keyakinanku bahwa kita berada di atas kebenaran dan musuh kita dalam kepalsuan.
Yang membuatku sakit adalah aku tidak bersamamu di saat terakhirmu dan aku tidak bisa melihat dan mencium dahimu untuk terakhir kalinya dan mendapat kehormatan melakukan sholat jenazah untukmu. Bukan, bukan karena aku takut untuk hidup di penjara atau terbunuh, tetapi engkau harus tahu bahwa aku tidak di sana untuk menyelesaikan revolusi ini, untuk menang dan mencapai tujuannya.
Jiwamu telah diangkat dengan kepala terangkat tinggi melawan tiran. Peluru telah memukul dadamu. Ada tekad dan jiwa yang besar dalam dirimu. Aku percaya bahwa engkau setia pada janji Alloh dan Dia pun setia kepada janji-Nya untukmu. Itulah mengapa bukan kami yang diberikan syahid ini, melainkan engkau.
Putriku dan guruku tercinta ... ... ...
Saya tidak akan mengucapkan selamat tinggal kepadamu. Kita akan segera bertemu dengan Nabi kita tercinta dan para sahabatnya di tepi kolam Surga Kautsar dan itu adalah pertemuan dimana kita bisa memliki satu sama lain.
HANYA RANGKAIAN DO'A DAN SENANDUNG NASYID UNTUK KALIAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar