Oleh Isa Alamsyah
Di sela-sela waktu ketika Road Show Keluarga Penulis di Solo, saya mengatur jadwal meeting dengan 3 manager/pengusaha yang sangat antusias dengan semangat No Excuse!. Satu di antaranya adalah pengusaha percetakan besar, satu lainnya adalah pengusaha real estate dan salah satu broker properti terbesar di Solo, dan terakhir adalah banker menengah di sebuah Bank ternama.
Begitu antusiasnya mereka bahkan meminta untuk memegang franchise workshop atau seminar No Excuse di Jawa tengah. Bahkan mereka berani memasang target 1 minggu sekali ada workshop N0 Excuse di pemda, perusahaan dan juga universitas.
Kenapa mereka begitu bersemangat?
Karena mereka ingin mengembangkan semangat enterpreneurship di Indonesia. Setidaknya mereka bisa memulai dari jawa tengah. Ketiga pengusaha sukses tersebut mereka melihat semangat No Excuse! adalah gerbang penting untuk menuju entrepreneurship. Bahkan di masa depan mereka ingin membangun universitas enterpreunership.
Kenapa entrepreneurship penting?
Karena bangsa yang maju adalah bangsa yang mempunyai banyak entrepreneur, dan Indonesia memiliki terlalu sedikit entrepreneur.
David Osborne dalam buku Reinventing Government mengungkap satu negara menjadi makmur apabila sedikitnya mempunyai 2 % entrepreneur.
Singapura, menurut laporan Global Entrepreneurship Monitor (GEM) memiliki entrepreneur 7,2% dari jumlah penduduk. Padahal tahun 2001 hanya mempunyai 2,1% entrepreneur. Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan mengatakan, persentase penduduk China dan Jepang mencapai 10 %. Sedangkan yang tertinggi adalah Amerika Serikat sebesar 11,5% - 12%.
”Bangsa ini (Indonesia) sulit maju karena minimnya semangat entrepreneurship,” kata Ciputra, pendiri Taman Impian Jaya Ancol ini.
Pada tahun 2007 terdapat lebih dari 740.200 orang lulusan perguruan tinggi yang menganggur. Kondisi ini disebabkan lulusan perguruan tinggi umumnya hanya berorientasi mencari pekerjaan, bukan menciptakan pekerjaan.
Di sisi lain, kekayaan alam Indonesia yang sangat berlimpah tidak dikelola secara optimal. Ini juga karena minimnya semangat entrepreneurship.
Mengutip majalah The Economist, Indonesia merupakan penghasil gas alam kedelapan terbesar di dunia, penghasil batu bara dan emas ketujuh terbesar di dunia, serta penghasil tembaga dan nikel nomor lima dunia. Bahkan, Indonesia juga penghasil karet nomor dua dan minyak sawit nomor satu di dunia.
”Namun, kekayaan alam yang melimpah ini sampai sekarang masih kurang bisa menyejahterakan rakyat karena minimnya kemampuan entrepreneurship,” kata Ciputra.
Ciputra berambisi betul untuk menciptakan entrepreneur, karena berkeyakinan kelompok kreatif inilah yang bisa membawa bangsa ini menuju kemajuan. Suatu bangsa akan maju jika jumlah entrepreneur-nya paling sedikit 2 persen dari jumlah penduduk.
Indonesia yang berpenduduk 220 juta jiwa hanya memiliki sekitar 400.000 pelaku usaha mandiri atau sekitar 0,18 persen entrepreneur dari jumlah penduduknya.
Ciputra berkeyakinan, Indonesia akan maju jika sedikitnya mempunyai empat juta orang entrepreneur.
Maukah Anda menjadi salah satu entrepreneur?
Ditunggu komentarnya: http://bit.ly/d9d2RB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar