CHOOSE YOUR LANGUAGE:

CHOOSE YOUR LANGUAGE:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 27 Oktober 2010

Jangan Pernah Salahkan Alam Atas Musibah dan Bencana yang Melanda

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..

Bismillahirrahmaanirrahiim

Selang tiga hari dari musibah banjir bandang di Wasior, terdengar berita kepulauan Mentawai diguncang gempa bumi 7.2 SR. Satu hari berselang, Gunung Merapi memuntahkan lahar dan awan panasnya. Tak sedikit korban harta dan jiwa melayang. Belum lagi banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya.

Sungguh sangat disayangkan, komentar para petinggi negeri ini yang menyalahkan alam atas musibah yang melanda negeri ini. Pada banjir Jakarta misalnya, “Kalo gak karena hujan maka gak banjir. Ini semua karena cuaca ekstrim…”. Jangan salahkan alam atas bencana dan musibah yang melanda.
Menyalahkan alam sama saja dengan menyalahkan Dzat Yang Maha Mengatur Alam ini, menyalahkan Tuhan; Allah azza wa jalla.
Allah ta’ala telah berfirman, artinya:
"Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." (QS. as-Syura (42): 30)
Rasulullah Saw bersabda, "Hai orang-orang Muhajirin, lima perkara; jika kamu ditimpa lima perkara ini, aku mohon perlindungan kepada Allah agar kamu tidak mendapatinya.
1. Perbuatan keji (seperti: bakhil, zina, minum khamr, judi, merampok dan lainnya) tidaklah dilakukan pada suatu masyarakat dengan terang-terangan, kecuali akan tersebar wabah penyakit tha'un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak ada pada orang-orang dahulu yang telah lewat.
2. Orang-orang tidak mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan paceklik, kehidupan susah, dan kezhaliman pemerintah.
3. Orang-orang tidak menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit akan ditahan dari mereka. Seandainya bukan karena hewan-hewan, manusia tidak akan diberi hujan.
4. Orang-orang tidak membatalkan perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menjadikan musuh dari selain mereka (orang-orang kafir) menguasai mereka dan merampas sebagian yang ada ditangan mereka.
5. Dan selama pemimpin-pemimpin (negara, masyarakat) tidak menghukumi dengan kitab Allah, dan memilih-milih sebagian apa yang Allah turunkan, kecuali Allah menjadikan permusuhan diantara mereka. (HR. Ibnu Majah no.4019, dari Ibnu Umar)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia adalah orang-orang yang fasik." (QS. al Mai'dah (5): 49)

Wahai ma'asysyiral muslimin, TAKUTLAH KEPADA ALLAH....
Jangan sampai Allah murka hingga Ia menghukum kamu
"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. al Isra' (17): 16)

TAKUTLAH KEPADA ALLAH....
Karena keZHALIMAN dan keMAKSIATan lah Dia menghukum Kaum Luth, Kaum Nuh, Kaum 'Aad dan Tsamuth
TAKUTLAH KEPADA ALLAH....
Karena keSOMBONGan dan KERUSAKAN yang dibuatnya, Dia menghukum Fir'aun, Qarun, Thalut, Abrahah, Abu Lahab, Abu Jahal dan pengikut-pengikut mereka.

Kebanyakan orang memandang berbagai macam musibah yang menimpa manusia hanya dengan logika berpikir yang bersifat rasional, terlepas dari tuntutan Wahyu Ilahi. Sehingga solusi yang diberikan tidak mengarah pada penghilangan sebab-sebab utama yang bersifat transendental, yaitu kemaksiatan umat manusia kepada Allah. Sang Pencipta Jagat Raya, yang di tangan-Nyalah seluruh kebaikan dan hanya kepada-Nyalah dikembalikan segala urusan.
Kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh-lantakkan disebabkan oleh satu dua jenis kemungkaran yang dikepalai oleh dosa kesyirikan.

Sekarang, bagaimana dengan kita? Apa yang kita saksikan dan alami sekarang ini di tempat kita, di lingkungan kita, di kota kita, dan bahkan di seantero negeri kita? Kesyirikan yang merupakan biang malapetaka dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi kebutuhan. Berapa banyak kita dapati media massa yang menjajakan kesyirikan, ulama-ulama sesat menyeru umat kepada perbuatan syirik dengan dibungkus sedemikian rupa untuk menyesatkan umat.

Demikian pula dengan bid'ah dan maksiat, terjadi di mana-mana. Muncul pertanyaan, "Mengapa harus daerah ini, atau kota ini, atau negara ini yang ditimpa musibah, padahal masih banyak daerah-daerah lain yang lebih pantas untuk diadzab oleh Allah? Bukankah di sana ada orang-orang shaleh dan anak-anak kecil yang tidak berdosa?”
Jawabannya:
Allah Shubhaanahu Wa Ta'ala telah mengingatkan bahwa adzab-Nya tidak khusus menimpa orang-orang zhalim di antara kita. Allah Shubhaanahu Wa Ta'ala berfirman, artinya:
"Dan peliharalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa orang-orang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya." (QS. Al Anfâl: 25).

Ummu Salamah ra menceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda, "Jika timbul maksiat pada umatku, maka Allah akan menyebarkan adzab kepada mereka. Aku (Ummu Salamah) berkata, "Wahai Rasulullah! Apakah tidak ada waktu itu orang-orang shaleh?"
Beliau menjawab, "Ada." Aku bertanya lagi, "Apa yang Allah akan perbuat kepada mereka?"
Beliau menjawab, "Allah akan menimpakan kepada mereka adzab sebagaimana ditimpakan kepada orang-orang yang melakukan maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan ampunan dan keridhaan dari Rabb-nya." (HR Ahmad, Al Haitsami mengatakan bahwa semua perawi hadits ini terpercaya).

BACA JUGA YANG INI:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar