CHOOSE YOUR LANGUAGE:

CHOOSE YOUR LANGUAGE:

English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Jumat, 02 Juli 2010

INI ADALAH KEMULIAAN, BUKAN BEBAN

Alloh menganugerahkan kemuliaan kepada umat ini yang tidak diberikan kepada umat lain. Mengistimewakannya dengan beragam karunia nikmat dan kedermawanan.

Umumnya, seorang nabi diutus kepada kaumnya saja, tapi Nabi Muhammad Saw diutus kepada segenap manusia. Mukjizat para nabi berakhir masanya bersamaan dengan kematiannya sedangkan mukjizat nabi Saw akan tetap eksis sampai Alloh mengambil alih kepemilikan dunia seisinya, Rasulullah Saw telah menunaikan amanat, menyampaikan risalah, menasehati umat dan menyingkap kegelapan. Beliau meninggalkan kita di atas jalan kehidupan yang terang benderang, malam dan siang tiada beda. Pun, beliau telah melaksanakan apa yang Alloh inginkan dari diri beliau. Alloh Ta’ala berfirman:
“… dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.. ”
(Al-Baqarah [2]: 143)


Bahkan, beliau mempersaksikan hal tersebut kepada para sahabat saat menunaikan haji wada’, beliau bersabda:
“Ketahuilah, apakah aku telah menyampaikan? Ya Alloh, saksikanlah” Beliau telah menunaikan tugas. Tinggal tugas kita. Beliau membawa panji Islam, kemudian menyerahkannya kepada kita. Beliau bersaksi untuk kita, kini tinggal persaksian kita untuk manusia.
Alloh Ta’ala berfirman:
“..dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia..”
(al Hajj [22]: 78)


Beliau pergi setelah menyerahkan amanat yang berat di atas pundak kita, tanggung jawab besar di atas punggung kita, dan beban kewajiban yang menakutkan, tiada jalan lain bagi setiap orang kecuali menunaikannya. Alloh memantau di belakang beliau, sehingga mustahil bisa melepaskan diri dari-Nya, ragu-ragu atau membangkang-Nya.

Apakah kita telah menunaikannya sebagaimana yang diharapkan Rasulullah Saw?
Rasululllah Saw meninggalkan kita seraya mengembangkan senyuman terakhir, ketika melihat para sahabat sholat di masjid. Beliau tersenyum karena seorang pemimpin percaya atas kemampuan rakyatnya sebelum ia pergi, dan karena seorang guru yakin dengan kepandaian murid-muridnya sebelum menghadapi ujian. Beliau meninggalkan mereka saat mereka tengah menyusuri jalan kebenaran dan berpegang teguh dengannya. Sehingga, ketika Alloh membangkitkannya dihari kiamat, maka beliau mengira bahwa umat berjalan di atas jalur ajaran yang diwariskan para sahabat. Oleh karena itu, ketika beliau melihat sekumpulan umatnya menjauh dari telaga, maka dengan penuh iba beliau berkata, “Wahai Robbku, itu umatku, itu umatku.” Dijawab,”Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau tidak tahu apa yang mereka buat-buat sepeninggal dirimu.”

Tahukah engkau wahai Muhammad Saw, apa yang mereka buat-buat sepeninggalmu?
Mereka membeli kesesatan kaum kafir dengan petunjukmu, menukar syariatmu dengan syariat lain.
Praktik riba dan usaha haram menggantikan usaha halal.
Mencintai musuh-musuh akidah dan menggantikan menghormati saudara seakidah.
Mendorong perbuatan rendah dan memasarkannya, mengganti anjuran perbuatan mulia dan mendakwahkannya.
Mereka menjauhi kitab Alloh yang dipertahankan oleh para syuhada, sahabat-sahabatmu, dengan tetesan darah agar sampai kepada mereka.
Mereka tinggalkan sunnahmu yang telah dijaga oleh para pengikutmu sepanjang usia mereka.

Wahai Rasulullah, andai Alloh mengembalikan ruh ke jasadmu dan engkau keluar dari kubur untuk mengetahui kondisi umat, niscaya engkau terperanjat oleh berbagai hal yang membudaya di tengah kehidupan mereka, seperti kaum wanita yang tabarruj, penyimpangan dan dekadensi moral kaum muda. Budaya menuruti hawa nafsu, transparansi kefasikan, ekspos kesalahan, membanggakan keharaman, dan keberanian mendurhakai Alloh.

Wahai Rasulullah, teladan mereka kaum fasik, idola mereka para pendosa dan pemimpin mereka orang-orang jahat. Beritamu benar-benar terjadi pada mereka, yakni banyaknya kalangan Ruwaibidhah (orang bodoh yang berbicara tentang permasalahan umum, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Lihat Shohiul Jami ’ush Shogir- 3650).

Mereka menjadi tokoh sesepuh dan menguasai daratan, lautan dan angkasa.
Keinginan mereka menjadi panutan. Perbuatan rusak mereka dianggap pembaharuan.
Kesesatan mereka dijadikan petunjuk.
Dan, kegelapan mereka dijadikan cahaya.

Sedang umatmu, betapa malangnya umatmu. Disimpangkan sehingga menyimpang.
Disesatkan sehingga tersesat. Dan digiring menuju kematiannya seperti kambing yang tidak tahu bahwa pisau sedang menunggunya di ujung jalan.

Bahkan, banyak orang-orang sholeh tertular dan terjangkiti wabah.
Mereka menjadi tawanan tempat ibadah dan ketenangan. Mereka membangunkan semangat uzlah (mengisolasi diri) dalam diri mereka dan meninabobokan ruh dakwah dan pengorbanan. Mereka lari dari bencana karena meyakini sebagai tindakan takwa.
Mereka meninggalkan gelanggang hidup karena mengira sebagai keselamatan.
Mereka masih memiliki prinsip, tapi jiwa mereka tak bernyawa.
Tekad mereka tak berdaya dan semangat mereka tenggelam dalam tidur lelap. Mereka benar-benar menggambarkan ucapan Iqbal:
"Aku lihat pemikiran telah ditunggangi oleh kelemahan hingga tekad tak lagi menyala-nyala.
Nasihat kita tak lagi mempesona. Dan ucapan tak lagi bercahaya. Manusia masih memiliki falsafah dan idealisme
Tapi, dimana ajaran Ghazali?
Gema azan bersuara keras
Tapi di mana suara Bilal?
Mimbar kalian menjulang di tiap desa
Tapi, masjid kalian sepi dari orang-orang yang beribadah
Bukankah seperti ini keadaan kita?
Bukankah ini kekurangan kita.
Bukankah ini tuduhan yang diarahkan kepada kita? Sungguh, sikap pasti kita dari mengubah kemunkaran-kemunkaran adalah sebuah tindakan pembunuhan secara sengaja. Kita membunuh amanah yang Alloh bebankan kepada kita dan Rasulullah saw juga menitipkannya sebagai amanah pada diri kita.
“..dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia..”
(Al Hajj [22]: 78)


SETIAP LILIN YANG MENYALA = PUDARNYA KEGELAPAN >>
SETIAP PENAWARAN KEBAIKAN = MENGHILANGKAN SATU KEMUNKARAN

Bila ada yang berdalih bahwa dakwah merupakan fardhu kifayah, maka kami katakan kepadanya, “Apakah kifayah (kecukupan) tersebut benar-benar terealisasi di zaman ini? Lihat sekali saja keadaan masyarakat kita, pasti kalian akan mengetahui jawabannya.
Wahai para pengikut Muhammad, perintahkan kebaikan dan larang kemungkaran! Setiap lilin yang menyala, berarti tanda pudarnya kegelapan.
Setiap penawaran kebaikan sama dengan menghilangkan satu kemungkaran.
Tegakkanlah agama, wahai para pemeluk agama. Hidupkan dalam hati-hati kalian, rumah kalian, aktivitas kalian gerak kalian, diam kalian, dan di segala lini kehidupan kalian, bahkan sampai dalam kematian.
Wahai orang yang menganugerahi kesholihan oleh Alloh, mana tindakan perbaikan? Wahai orang yang dikayakan oleh Alloh dengan petunjuk, mana zakat petunjuk tersebut?
Wahai orang yang berhasil keluar dari kesesatan menuju cahaya petunjuk, mana hak persahabatan kalian?
Wahai orang yang bermujahadah diri, berinfaklah, niscaya kekuatanmu akan ditambah. Bukankah engkau pernah membaca firman Alloh:
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami …” (Al Ankabut [29]: 69)

Kasihilah orang yang tersesat dan mencari teman. Berilah mereka sebagian air atau rezeki hidayah yang Alloh anugerahkan pada kalian. Jangan pelit, walaupun dengan satu ucapan, nasihat, kata, atau pandangan.
Bumi gersang meminta hujan petuah kalian. Manusia binasa menunggu jiwa dakwah kalian.
Bunga menunggu secercah cahaya petunjuk kalian untuk mekar.
Bara api menunggu tiupan hidayah kalian untuk menyala.
Dan, di belakang itu, Alloh menghitung amal kalian untuk dilipatgandakan.
(HASMI)

BACA JUGA YANG INI:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar